Sabtu, 22 Januari 2011

PRASASTI KERAJAAN TARUMANEGARA

Ø  Prasasti Ciaruteun (Ciampea, Bogor)
Prasasti Ciaruteun bergoreskan aksara Pallawa  yang disusun dalam bentuk seloka bahasa Sansekerta dengan metrum Anustubh yang teridiri dari tiga baris dan pada bagian bawah tulisan terdapat pahatan gambar umbi dan sulur-suluran (pilin), sepasang telapak kaki dan laba-laba.
TEKS : vikkrantasyavanipat eh srimatah purnnavarmmanah tarumanagarendrasya visnoriva padadvayam.   


TERJEMAHAN : “inilah (tanda) sepasang telapak kaki yang seperti kaki dewa Visnu (pemelihara) ialah telapak yang mulia sang Purnawarman, raja di negri Taruma, raja yang gagah berani di dunia”.

Ø  Prasasti Kebon Kopi (Bogor)
Prasasti Kebonkopi ditemukan di kampung Muara pada abad ke-19 ketika dilakukan penebangan hutan untuk lahan perkebunan kopi. Sejak itu prasasti ini disebut Prasasti Kebonkopi hingga saat ini masih berada di tempatnya (insitu).

Prasasti Kebonkopi pertama kali dilaporkan oleh N.W. Hoepermans pada tahun 1864 yang kemudian disusul pendeta J.F.G. Brumun (1868), A.B. Cohen Stuart (l875), P.J. Veth (l878, 1896), H. Kern (1884, 1885, 1910), R.D.M. Verbeek (1891) dan J.Ph. Vogel (1925).
Prasasti Kebonkopi dipahatkan pada salah satu bidang permukaan batu yang “batunya” cukup besar dengan aksara Pallawa dan bahasa Sansekerta yang disusun ke dalam bentuk seloka metrum Anustubh yang diapit sepasang pahatan gambar telapak kaki gajah.
TEKS :  Jaya visalasya Tarumendrasya hastinah Airwavatabhasya vibhatidam padadvayam

TERJEMAHAN : “Di sini nampak tergambar sepa-sang elapak kaki…yang seperti Aira-wata, gajah penguasa Taruma yang agung dalam….dan  kejayaan”

Ø  Prasasti Jambu (Bogor)
Prasasti Jambu ditemukan pertamakali tahun 1854 oleh Jonathan Rigg dan dilaporkan kepada Dinas Purbakala tahun 1947 , tetapi diteliti pertamakali pada tahun 1954. Prasasti Jambu dipahatkan pada batu dengan bentuk alami (sisi-sisinya berukuran kurang lebih 2-3 meter).
Prasasti Jambu terdiri dari dua baris aksara Pallawa yang disusun dalam bentuk seloka bahasa Sansekerta dengan metrum Sragdhara. Pada batu prasasti ini juga terdapat pahatan gambar sepasang telapak kaki yang digoreskan pada bagian atas tulisan tetapi sebagian amvar telapak kaki kiri telah hilang karena batu bagian ini pecah.
Prasasti ini menyebutkan nama raja Purnnawarmman yang memerintah di negara Taruma. Prasasti ini tanpa angka tahun dan berdasarkan bentuk aksara Pallava yang dipahatkannya (analisis Palaeographis) diperkirakan berasal dari pertengahan abad ke-5 Masehi.
TEKS : Siman data kertajnyo narapatir - asamo yah pura tarumayam  nama sri purnnawarman pracura ri pusara bhedya bikhyatavarmmo tasyedam -  pada vimbadvayam - arinagarot sadane nityadaksam  bhaktanam yandri-panam -  bhavati sukhakaram salyabhutam ripunam
TERJEMAHAN : "Gagah, mengagumkan dan jujur terhadap tugasnya adalah pemimpin manusia yang tiada taranya yang termashyur Sri Purnawarman yang sekali waktu (meme-rintah) di Taruma dan yang baju zirahnya yang terkenal tidak dapat ditembus sen-jata musuh. Ini adalah sepasang tapak kakinya yang senantiasa menggempur kota-kota musuh, hormat kepada para pangeran, tapi merupakan duri dalam daging bagi musuh-musuhnya."

Ø  Prasasti Tugu (Jakarta Utara)
Prasasti Tugu ditemukan di kampung Batutumbuh, desa Tugu, tepatnya pada koordinat 0°06’34,05” BT (dari Jakarta) dan 6°07’45,40”LS yang sekarang menjadi wilayah kelurahan Tugu selatan, kecamatan Koja, Jakarta Utara. Prasasti Tugu dipahatkan pada batu berbentuk bulat telur berukuran ± 1m.
Prasasti Tugu bertuliskan aksara Pallawa yang disusun dalam bentuk seloka bahasa Sansekerta dengan metrum Anustubh yang teridiri dari lima baris melingkari mengikuti bentuk permukaan batu. Sebagaimana semua prasasti-prasasti dari masa Tarumanagara umumnya, Prasasti Tugu juga tidak mencantumkan pertanggalan. Prasasti Tugu memiliki keunikan yakni terdapat pahatan hiasan tongkat yag pada ujungnya dilengkapi semacam trisula. Gambar tongkat tersebut dipahatkan tegak memanjang ke bawah seakan berfungsi sebagai batas pemisah antara awal dan akhir kalimat-kalimat pada prasastinya.
TEKS : Pura rajadhirajena guruna pinabahuna khata khyatam purim prapya candrabhagarnnavam yayau pravar-ddhamane dvavingsad vatsare sri gunau jasa narendra dhvajabhutena srimata purnavarmmana  prarabhya phalguna mase khata krsnastami tithau caitra sukla trayodasyam dinais siddhaikavingsakaih ayata satsa-hasrena dhanusamsasatena ca dvavingsena nadi ramya gomati nirmalodaka  pitamahasya rajarser vvidaryya sibiravanim brahmanair ggo sahasrena prayati kartadaksina


TERJEMAHAN : “Dahulu sungai yang bernama Candrabhaga telah digali oleh maharaja yang mulia dan yang memilki lengan kencang serta kuat yakni Purnnawarmman, untuk mengalirkannya ke laut, setelah kali (saluran sungai) ini sampai di istana kerajaan yang termashur. Pada tahun ke-22 dari tahta Yang Mulia Raja Purnnawarmman yang berkilau-kilauan karena kepandaian dan kebijaksanaannya serta menjadi panji-panji segala raja-raja, (maka sekarang) beliau pun menitahkan pula menggali kali (saluran sungai) yang permai dan berair jernih Gomati namanya, setelah kali (saluran sungai) tersebut mengalir melintas di tengah-tegah tanah kediaman Yang Mulia Sang Pendeta Nenekda (Raja Purnnawarmman). Pekerjaan ini dimulai pada hari baik, tanggal 8 paro-gelap bulan Caitra, jadi hanya berlangsung 21 hari lamanya, sedangkan saluran galian tersebut panjangnya 6122 busur. Selamatan baginya dilakukan oleh para Brahmana disertai 1000 ekor sapi yang dihadiahkan”

Ø  Prasasti Muara Cianten
Prasasti Muara Cianten terletak di tepi(sungai) Cisadane dekat Muara Cianten yang dahulu dikenal dengan sebutan prasasti Pasir Muara (Pasiran Muara) karena memang masuk ke wilayah kampung Pasirmuara. Prasasti Muara Cianten dipahatkan pada batu besar dan alami dengan ukuran 2.70 x 1.40 x 140 m3. Peninggalan sejarah ini disebut prasasti karena memang ada goresan tetapi merupakan pahatan gambar sulur-suluran (pilin) atau ikal yang keluar dari umbi. Prasasti ini pertamakali ditemukan oleh N.W. Hoepermans pada tahun 1864.
TEKS : sabdakalanda rak-ryan juru pangambat i kawihaji panyca pasagi marsa-n desa barpulihkan haji sunda
TERJEMAHAN : Ini tanda ucapan Rakryan Juru Pengambat dalam tahun (Saka) kawihaji (8) panca (5) pasagi (4), pemerin-tahan begara dikem-balikan kepada raja Sunda.


Ø  Prasasti Pasir Awi (Leuwiliang)
Prasasti Pasir Awi terletak di lereng selatan bukit Pasir Awi (± 559m dpl) di kawasan hutan perbukitan Cipamingkis, desa Sukamakmur, kecamatan Jonggol, kabupaten Bogor tepatnya pada koordinat 0°10’37,29” BB (dari Jakarta) dan 6°32’27,57”.
Prasasti Pasir Awi telah diketahui sejak tahun 1867 dan dilaporkan sebagai prasasti Ciampea. Peninggalan sejarah ini dipahat pada batu alam.


ISI : Prasasti Pasir Awi berpahatkan gambar dahan dengan ranting dan dedaunan serta buah-buahan (bukan aksara) juga berpahatkan gambar sepasang telapak kaki.


Ø  Prasasti Munjul (Banten)
Prasasti Munjul atau prasasti Cidanghiyang terletak di tepi (sungai) Cidanghiyang di desa Lebak, kecamatan Munjul, kabupaten Pandeglang. Koordinat lokasi prasasti ini adalah 0°55’40,54” BB (dari Jakarta) dan 6°38,27’57”. Prasasti Cidanghiyang dilaporkan pertamakali oleh Toebagus Roesjan kepada Dinas Purbakala ahun 1947 (OV 1949:10), tetapi diteliti pertamakli tahun 1954. Prasasti Cidanghiyang dipahatkan pada batu dengan bentuk alami (3 x 2 x 2 meter).
Prasasti Cidanghiyang ditulis dalam aksara Pallawa yang disusun dalam bentuk seloka bahasa Sansekerta dengan metrum Anustubh (bentuk aksaranya mirip dengan yang digoreskan pada Prasasti Tugu dari periode yang sama).
TEKS : Vikranto ‘yam vanipateh prabhuh satya parakramah narendra ddhvajabhutena srimatah purnnawvarmanah
TERJEMAHAN : “Inilah (tanda) keperwiraan, keagungan, dan keberanian yang sesungguhnya dari raja dunia, yang Mulia Purnawarman yang menjadi panji sekalian raja-raja”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar